Jumat, 30 Januari 2015

PENYAKIT AYAM DAN PENGOBATANNYA



PENYAKIT AYAM DAN PENGOBATANNYA

1. Penyakit snot
penyakit snot atau coryza di sebabkan oleh bakteri haemophillus gallinarum. Penyakit snot dapat menyerang ayam semua umur dan terutama menyerang anak ayam, biasanya penyakit ini muncul akibat perubahn musim dan banyak di temukan di daerah tropis. Perubahan musim biasanya akan mempengaruhi angka kesehatan ayam morbiditas kawanan unggas bervariasi antara 1-30%. Moralitas atau angka kematian yang di timbulkan oleh penyakit mencapai 30%.

Cara penularan
bakteri haemophillus gallinarum hanya dapat bertahan diluar di induk memang tidak lebih dari 12 jam penularan penyakit ini, dan dapat menular melalui kontak langsung dengan ayam yang sakit juga, dapat melelui udara, debu, wadah pakan, dan petugas kandang.

Gejala klinis
ayam secara klinis yang telah terinfeksi menunjukan tanda sebagai berikut
pengeluaran cairan air mata ( mata berbusa ).
Ayam terlihat mengatuk dengan sayap turun dan mengantung. Keluar lendir dari hidung, kental berwarna kuning dan bebau khas. Pembengkaan di daerah sinus infra orbintal. Ada kerak di dalam hidung. Napsu makan. Ayam ngorok dan sukar bernafas. Pertumbuhan melamban ( kecentet ).

Pengobatan
pengobatan penyakit snot pada unggas adalah dengan pemberian preparat sulfat seperti sulfadimethoxine atau sulfathazole. Pemberian sulfonamida dapat di kombinasikan dengan tetrasiklin untuk mengobati coryza dan dapat di berikan lewat air minum atau di suntikan secara intramuskular. Perhatikan penarikan waktu pada ayam petelur karena obat tersebut dapat mengkontaminasi telur dan kualitas dari kerabang telur.
Pengendalian
upaya pencegahan yang dapat di lakukan adalah dengan menjaga kebersihan kandang dan lingkungan dengan baik. Kandang sebaiknya terkena matahari langsung sehingga mengurangi kelembaban. Kandang yang lembah dan basah memudahkan timbulnya penyakit ini.

2. Penyakit ngorok atau chronic respiratory disease ( cdr )
penyakit biasa juga di sebut juga dengan chronic respiratory disease ( cdr ) atau mikoplamosis atau sinusitis atau air sac.penyakit cronic respiratory disease di sebabkan oleh bakteri microplasma galisepticum. Biasanya menyerang ayam usia 4-9 minggu.

Cara penularan
Terjadi melalui kontak langsung, peralatan kandang, makan dan minum, manusia, telur tetas atau doc yang terinfeksi. Faktor prediposisi atau faktor pendukung
kondisi kandang yang lembab
kepadatan kandang yang terlalu tinggi
litter yang kering
kadar amonia yang terlalu tinggi
cara penularan
penularan penyakit terjadi baik vertikal maupun horizontal. Secara vertikal dapat melalui induk yang menularkan penyakit melalui telur dan horizontal disebabkan dari ayam yang sakit ke ayam yang sehat. Penularan-penularan tidak langsung dapat melalui kontak dengan tempat peralatan, wadah pakan, hewan liar maupun petugas kandang.

Gejala klinis
ngorok basah, adanya leleran hidung lengket dan terdapat eksudat berbuih pada mata, ayam suka mengeleng gelengkan kepala. Pada kasus kronis mengakibatkan kekurusan dan kekurangan cairan bernanah dari hidung.




Pengobatan
pengobatan cdr pada ayam yang sakit dapat di berikan baytrit 10% per oral, mycomas dengan dosis 0,5 ml/l air minun. Tetracolin secara oral atau bacytracyn yang di berikan pada air minum.

Pencegahan
membeli ayam baik indukan, pejantan, maupun anakan yang benar-terbebas dari penyakit cdr. Menjaga kebersihan dan tingkat kelembaban kandang dan area ayam.

3.
penyakit infectious laryngotracheitis (ilt)
infectius laryngotracheitis atau (ilt) merupakan penyakit kontagius pada saluran pernafasan yang di ricikan dengan kesulitan bernafas, menjulurkan leher karena kesulitan bernafas, konjungtifitas, adanya iflamasi yang mengelilingi membran mata. Penyakit ini di sebabkan oleh herpes virus. Yang mampu hidup 8-10 hari pada leleran, lebih dari 70 hari di dalam karkas, kemudian dapat hidup lebih dari 80 hari pada eksudat ( tracea atau saluran pernafasan ) dalam kondisi alami. Penyakit ini berlangsung selama 2-6 minggu dalam flok, dan lebih lama di banding penyakit respirasi viral yang lainnya. Penyakit ini sangat berbahaya karena
angka moralitas dan morbiditas yang tinggi pada suatu flok
menyebabkan kerugian ekonmi
tidak dapat diobati penyakit ini hanya dapat di cegah, tetapi dapat menimbulkan carier bagi yang sudah terinfeksi. Penyakit ini tidak dapat menular kepada manusia dan kejadian terjadi pada ayam. Namun dapat pula menginfeksi kalkun, burung unta dan unggas lainnya. Burung liar dapat berperan sebagai carier.

Penularan
virus ifectius laryngotraheitis atau (ilt) di tularkan melalui pernafasan dan dapat melalui udara secara kontak langung melalui burung misal dan satu kandang. Virus masuk dan menginfeksi burung melalui mata, hidung atau mulut. Mulut dan darah yang mengandung virus dapat keluar melalui batuk dan menyebabkan virus. Masa inkubasinya antara 6-12 hari. Kejadian outbreak dapat di karenakan lalu lintas unggas. Pekerja dan alat kandang, dan kondisi lingkungan yang memungkinkan terjadinya
penyebaran.

Gejala klinis
Dyspnoe rinitis produksi telur dan daging kandang-kandang mengalami pneumonia atau bronkhopneumonia moralitas mencapai 50% diagnosa
pada penyakit yang akut di cirikan gelaja klinis dan penemuan darah, makus, eksudat kaseosa pada trachea. Secara mikroskopik di tandai dengan desqumative dan nekrotic tracheitis.

pencegahan
1. Meminimalisir kotoran dan debu.
2. Penggunaan mild expectorants.
3. Vaksinasi baik secara eye drop, spray maupun lewat air minum.


4.  penyakit berak kapur atau pullorum
pullorum merupakan penyakit menular pada ayam yang dikenal dengan nama berak putih atau berak kapur (bacilary white diarrhea= bwd). Penyakit ini menimbulkan mortalitas yang sangat tinggi pada anak ayam umur 1-10 hari. Selain ayam, penyakit ini juga menyerang unggas lain seperti kalkun, puyuh, merpati, beberapa burung liar. Pullorum atau berak kapur disebabkan oleh bakteri salmonella pullorum dan bakteri gram negatif. Bakteri ini mampu bertahan ditanah selama 1 tahun di indonesia penyakit pullorum merupakan penyakit menular yang sering ditemui. Meskipun segala umur ayam bisa terserang pullorum tapi angka kematian tertinggi terjadi pada anak ayam yang baru menetas. Angka morbiditas pada anak ayam sering mencapai lebih dari 40% sedangkan angka mortalitas atau angka kematian dapat mencapai 85%.

Cara penularan
penularan penyakit pullorum dapat melalui 2 jalan yaitu:
secara vertikal yaitu induk menularkan kepada anaknya melalui telur.
secara horizontal terjadi melalui kontak langsung antara unggas secara klinis sakit dengan ayam karier yang telah sembuh, sedangkan penularan tidak langsung dapat melalui kontak dengan peralatan, kandang, litter dan pakaian dari pegawai kandang yang terkontaminasi.

Gejala klinis
napsu makan menurun, feses (kotoran) kotoran berwarna putih seperti kapur, kotorannya menempel di sekitar dubur berwarna putih, kloaka akan menjadi putih karena feses yang telah keringkering, jengger berwarna keabuan, mata menutup dan nafsu makan turun, badan anak ayam menjadi lemas, sayap menggantung dan kusam, lumpuh karena artritis, suka bergerombol

Pengobatan
pengobatan berak kapur dilakukan dengan menyuntikkan antibiotik seperti furozolidon, coccilin, neo terramycin, tetra atau mycomas di dada ayam. Obat-obatan ini hanya efektif untuk pencegahan kematian anak ayam, tapi tidak dapat menghilangkan infeksi penyakit tersebut. Sebaiknya ayam yang terserang dimusnahkan untuk menghilangkan karier yang bersifat kronis.

Pencegahan
ayam yang dibeli dari distributor penetasan atau suplier harus memiliki sertifikat bebas salmonella pullorum. Melakukan desinfeksi pada kandang dengan formaldehyde 40%. Ayam yang terkena penyakit sebaiknya dipisahkan dari kelompoknya, sedangkan ayam yang parah dimusnahkan.

5. Penyakit telelo
penyakit telelo atau newcastle disease (nd) biasa juga disebut dengan istilah penyakit samper ayam ataupun pes cekak. Dimana penyakit ini merupakan suatu infeksi viral yang menyebabkan gangguan pada saraf pernapasan. Penyakit ini disebabkan oleh virus paramyxo dan biasanya dikualifikasikan menjadi:
  • strain yang sangat berbahaya atau disebut dengan viscerotropic velogenic newcastle disease (vvnd) atau tipe velogenik, tipe ini menyebabkan kematian yang luar biasa bahkan hingga 100%.
  • Tipe yang lebih ringan disebut degan “mesogenic”. Kematian pada anak ayam mencapai 10% tetapi ayam dewasa jarang mengalami kematian. Pada tingkat ini ayam akan menampakangejala seperti gangguan pernapasan dan saraf.
  • tipe lemah (lentogenik) merupakan stadium yang hampir tidak menyebabkan kematian. Hanya saja dapat menyebabkan produktivitas telur menjadi turun dan kualitas kulit telur menjadi jelek. Gejala yang tampak tidak terlalu nyata hanya terdapat sedikit gangguan pernapasan.
Nd sangat menular, biasanya dalam 3-4 hari seluruh ternak akan terinfeksi. Virus ini ditularkan melalui sepatu, peralatan, baju dan burung liar.
Pada tahap yang mengenai pernapasan maka virus akan ditularkan melalui udara. Meskipun demikian pada penularan melalui udara, virus ini tidak mempunyai jangkauan yang luas. Unggas yang dinyatakan sembuh dari nd tidak akan dinyatakan sebagai “carrier” dan biasanya virus tidak akan bertahan lebih dari 30 hari pada lokasi pemaparan.

Gejala yang nampak pada ayam yang terkena penyakit ini adalah sebagai berikut:
·         excessive mucous di trakea.
·         gangguan pernapasan dimulai dengan megaop-megap, batuk, bersin dan ngorok waktu bernapas.
·         ayam tampak lesu.
·         napsu makan menurun.
·         produksi telur menurun.
·         mencret, kotoran encer agak kehijauan bahkan dapat berdarah.
·         jengger dan kepala kebiruan, kornea menjadi keruh, sayap turun, otot tubuh gemetar, kelumpuhan hingga gangguan saraf yang dapat menyebabkan kejang-kejang dan leher terpuntir.
Penanggulangan penyakit ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
·         ayam yang tertular harus dikarantina atau bila sudah pada stadium berbahaya maka harus dimusnahkan.
·         Vaksinasi harus dilakukan untuk memperoleh kekebalan. Vaksinasi pertama, dilakukan dengan cara pemberian melalui tetes mata pada hari ke 2. Untuk berikutnya pemberian vaksin dilakukan dengan cara suntikan di intramuskuler otot dada.
·         Untuk memudahkan untuk mengingat mengenai waktu pemberian vaksin, seorang pakar menyarankan agar memberikan vaksin ini dilakukan dengan pola 444. Maksudnya vaksin nd diberikan pada ayam yang berumur 4 hari, 4 minggu, 4 bulan dan seterusnya dilakukan 4 bulan sekali. Akan tetapi pola pemberian ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan efektivitas terbaik dari hasilnya.
Pencegahan yang harus dilakukan oleh para peternak mengingat penyakit ini sangat infeksius adalah sebagai berikut:
·         memelihara kebersihan kandang dan sekitarnya. Kandang harus mendapat sinar matahari yang cukup dan ventilasi yang baik.
·         memisahkan ayam lain yang dicurigai dapat menularkan penyakit ini.
·         memberikan ransum jamu yang baik, yang terbuat dari bahan-bahan tradisional yang dapat membantu meningkatkan kekuatan dan kekebalan tubuh ayam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar