Anthrax (Radang Limpa)
Gejala-gejala penyakit ini adalah
sebagai berikut.
·
Suhu badan biasanya sangat tinggi,
tetapi sesudah tiga hari turun menjadi dingin
·
Nafsu makan hilang sama sekali
·
Pada awalnya, penderita sulit buang
kotoran (konstipasi), tetapi kemudian menjadi diare, kotoran bercampur air,
biasanya juga darah
·
Kadang-kadang darah yang keluar dari
mulut, lubang hidung dan vulva
·
Kematian ternak sapi akibat
pennyakit anthrax bisa terjadi di mana saja dan pada sembarang waktu.
Penyebab:
Penyakit
anthrax disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Bakteri ini bentuknya
panjang, terbungkus kapsul. Pada kondisi yang kurang menguntungkan, bakteri ini
akan membentuk spora untuk melindungi dirinya, sehigga ia mampu bertahan hidup
dalam segala cuaca dan dalam waktu bertahun-tahun. Penyakit juga bisa hidup
dalam suasana anaerob, sehingga apabila mereka terbenam ke dalam lapisan tanah
pun tetap bisa bertahan hidup. Pada saat tanah tergenang air, dicangkul atau
dibajak, mereka terangkat ke atas.
Bakteri ini selain berinfeksi pada
hewan, juga bisa menular pada manusia. Sebab jenis penyakit ini termasuk
zoonosis, yakni jenis penyakit yang bisa menular dari hewan ke manusia dan
sebaliknya. Untuk membasmi spora ini diperlukan panas bersuhu 900C selama 45
menit dan 1000C selama 10 menit.
Penularan (penyebaran) :
Pada umumnya penyebarannya melalui
makanan atau kontak langsung sesama hewan yang sakit dengan hewan yang sehat.
Pencegahan (pengobatan)
·
Semua bangkai harus dibakar,
demikian pula peralatan yang habis dipakai. Daging sapi yang menderita penyakit
ini sama sekali tidak boleh dikonsumsi.
·
Sapi-sapi yang masih sehat
divaksinasi.
·
Pengobatan dilakukan dengan
antibiotik.
Penyakit Mulut dan Kuku
Gejala-gejala penyakit:
- Selaput lendir di dalam mulut, bibir dan gusi tampak merah, kering dan panas, yang akhirnya bagian tersebut lepuh, berisi cairan.
- Dari mulut keluar ludah yang memanjang seperti benang.
- Suhu tubuh tinggi, badan lesu, nafsu makan hilang.
- Bagian pergelangan kaki dekat kuku bengkak.
·
Penyebab: Penyebabnya adalah virus.
Virus ini hidup dalam daging dan sumsum tulang belakang bisa bertahan sangat
lama.
Penularan (penyebaran)
·
Kontak secara langsung antara
penderita dengan sapi-sapi yang sehat
·
Lewat makanan, air minum, air ludah
dan air kencing.
·
Lewat pembawa penyakit (carrier).
Pencegahan (pengobatan)
·
Kandang dan semua peralatan
diupayakan selalu bersih, disucihamakan dengan caustic soda 2 persen.
·
Hindarkan tamu keluar masuk ke dalam
atau lingkungan kandang.
·
Penderita harus disendirikan.
·
Pengawasan dan pemeriksaan dilakukan
secara ketat terhadap sapi-sapi yang dipotong.
·
Pengobatan dilakukan dengan injeksi antibiotik
atau sulfa. Pengobatan dilakukan dengan peniciline powder. Sedangkan ransumnya
ditambahkan vitamin A guna menguatkan jaringan kulit.
Penyakit Surra
Gejala-gejala penyakit:
- Suhu badan naik, demam berselang-seling.
- Muka pucat, kurang darah.
- Nafsu makan berkurang, penderita kurus dan kehilangan berat badan.
- Di bawah dagu dan kaki kelihatan kotor dan kering seperti bersisik.
- Penderita menjadi letih, tak mampu bekerja.
- Bagi yang sudah parah kena gangguan saraf, sehingga menimbulkan gerakan berputar-putar tanpa arah akibat parasit menyerang ke otak.
Penyebab :
Penyebabnya
adalah sejenis protozoa Trypanosoma evansi. Protozoa ini hidup di dalam darah
penderita dan mengisap glukosa yang terkandung di dalam darah. Selain itu, ia
mengeluarkan sejenis racun yang disebut trypanotoksin yang bisa mengganggu
penderita.
Penularan (penyebaran)
Penyakit surra berjangkit dari hewan
yang satu ke hewan yang lain melalui gigitan lalat penghisap darah yang disebut
Tabanus. Lalat ini merupakan perantara parasit Trypanosoma dari sapi yang sakit
ke sapi yang sehat. Selain lalat jenis Tabanus, lalat-lalat jenis lain pun bisa
menjadi perantara. Bahkan caplak, nyamuk Anopheles dan pinjal atau kutu bisa
menjadi perantara.
Pencegahan (pengobatan)
·
Penderita diasingkan di kandang yang
tertutup sehingga terlindung dari gigitan lalat.
·
Penyemprotan dilakukan terhadap
semua peralatan ataupun lingkungan yang banyak dihinggapi lalat.
·
Sapi yang mati akibat penyakit surra
harus dibakar atau dikubur.
·
Pengobatannya menggunakan Nagonal,
Arsokol, Atoxyl dan lain-lain.
Penyakit Radang Paha
Gejala-gejala penyakit :
·
Di beberapa bagian tubuh terjadi
pembengkakan, misalnya pada paha, tungging, bahu, dada, leher dan di sekitar
vagina. Bagian-bagian tubuh yang bengkak ini pada awalnya hangat dan sakit,
tetapi akhirnya menjadi dingin.
·
Jika bengkak di bawah kulit ditekan,
seakan-akan ada gas di dalamnya.
·
Jika bengkak dipotong akan tampak
benda merah, kotor bercampur gelembung berbau busuk.
·
Terjadi gangguan pernafasan dan
kadang-kadang kolik pada tubuh penderita.
·
Nafsu makan hilang dan tak lama
kemudian mati dalam waktu 2-5 hari.
Penyebab :
Penyakit ini
disebabkan oleh bakteri Clostridium chanvoei. Hidupnya anaerob (tanpa udara).
Bahkan bisa membentuk spora jika kondisi tidak menguntungkan. Sehingga mereka
bertahan hidup cukup lama di dalam tanah ataupun di rerumputan. Spora ini akan
mati di dalam air mendidih selama 15 menit dan yang terdapat di dalam daging
akan mati pada temperatur 110oC selama 6 jam. Bakteri yang berada di dalam
maupun di luar tubuh dapat membentuk spora.
Penularan (penyebaran) :
Penularan
penyakit ini melalui pakan dan luka. Biasanya bakteri masuk ke urat melalui
usus, tapi spora juga bisa dengan mudah masuk melalui luka walaupun luka
tersebut sangat kecil akibat gigitan lalat atau nyamuk. Sapi-sapi muda sampai
umur tiga tahun menjadi sasaran penyebarannya, sedangkan pedet dan sapi-sapi
tua justru lebih kebal.
Pencegahan :
·
Jika di suatu daerah dipastikan
telah terjangkit penyakit ini, maka semua sapi yang masih sehat harus
divaksinasi.
·
Sapi-sapi yang bisa didiagnosis
secara awal secepatnya dilakukan pengobatan dengan antibiotik sebab penyakit
ini berkembang begitu cepat.
Brucellosis (Keguguran Menular)
Gejala-gejala penyakit :
Penderita
biasanya tidak menunjukkan suatu gejala yang menyolok. Penderita tampak biasa,
nafsu makan biasa dan tidak menimbulkan perubahan klinis yang bisa diamati.
Pada jantan gejala ini lebih mudah diamati. Scrotum membengkak dan membesar
(hernia), nafsu makan menurun dan demam. Kadang-kadang gejala semacam ini pun
tidak selalu tampak. Gejala pada sapi betina adalah terjadi keguguran pada
pertengahan kebuntingan. Anak yang gugur biasanya mati dan berwarna biru
kecokelatan. Anak yang lahir tetap hidup, menjadi sangat lemah tak berkembang.
Ambing dan alat kelamin kadang-kadang bengkak.
Penyebab :
Penyebabnya adalah bakteri Brucella
abortus Bang.
Penularan (penyebaran)
·
Kontak langsung, yakni pada saat
terjadi perkawinan dengan pejantan yang tampaknya sehat tapi membawa penyakit.
·
Melalui pakan dan air minum yang
ditulari oleh janin yang digugurkan.
·
Melalui luka.
Pencegahan (pengobatan)
·
Lakukan sanitasi atau kebersihan
terhadap kandang dan segala peralatan secara teratur. Upaya ini hendaknya
dilakukan dengan penyemprotan secara periodik dengan obat-obatan pencuci hama.
·
Penderita disendirikan.
·
Usahakan pengebalan dengan cara
vaksinasi sebelum sapi dikawinkan.
·
Selalu waspada terhadap bibit-bibit
yang baru dibeli.
·
Cara pengobatan belum berhasil baik.
Kutu Busuk (Food Rot)
Gejala-gejala penyakit :
·
Diawali adanya pembengkakan pada
celah kuku dan sekitar tumit. Kemudian diikuti keluarnya cairan berwarna putih
kekuningan yang sangat kotor dan bau.
·
Selaput kuku mengelupas karena
jaringannya mati.
·
Penderita menjadi pincang karena kesakitan
bahkan bisa lumpuh.
Penyebab :
Penyebabnya
adalah kuman Fusiformis necrophorus. Kuman ini bisa bertahan hidup
bertahun-tahun pada celah kuku sapi. Akan tetapi, jika kuman itu berada di
lapangan penggembalaan atau di dalam kotoran sapi dan sebagainya, ia hanya bisa
bertahan sampai tiga minggu.
Penularan dan penyebaran
Tempat yang
ideal bagi hidup kuman ialah pada kulit yang luka, lecet, goresan serta pada
celah-celah kuku dan tumit sapi. Luka yang terjadi pada kuku dapat diakibatkan
oleh sebab-sebab di bawah ini.
·
Sapi berjalan di tempat yang keras,
tajam atau kasar ataupun karena batu yang masuk ke dalam celah kuku.
·
Kaki sapi kena paku, pecahan kaca,
tonggak yang tajam.
·
Kondisi kuku itu sendiri yang lemah
atau lunak karena sapi selalu berada di kandang terus-menerus sepanjang waktu.
·
Lantai yang selalu basah dan lembab
akibat air, air kencing bercampur lumpur dan kotoran sapi itu sendiri.
Akibat :
Sekali kuman
itu masuk ke dalam luka dan seketika itupun mulai berkembang biak dengan pesat
yang mengakibatkan bengkak dan jaringan-jaringan yang kena serangan menjadi
rusak (mati) sehingga timbul pembusukan yang sangat berbau.
Jika peternak lalai di dalam
menangani penyakit ini maka kuman lain akan masuk ke dalamnya yang
mengakibatkan komplikasi kedua yang bisa menjalar ke pergelangan kaki.
Pencegahan (pengobatan)
·
Membersihkan celah kuku dengan cara
merendamnya ke dalam cairan atau larutan copper sulphate 3% atau larutan
formalin 10 persen.
·
Pengobatan dengan injeksi sulfa atau
antibiotik. Selama pengobatan, kaki harus dijaga agar selalu dalam keadaan
kering.
Cacing Hati
Gejala
·
Penderita menjadi kurus, lesu dan
pucat. Berat badan berkurang.
·
Kadang-kadang sapi menjadi busung
pada berbagai bagian tubuhnya.
Penyebab :
Cacing hati
(Fasciola hepatica) ini menyerang ternak sapi berbagai umur. bentuknya
segitiga, pipih, berwarna abu-abu kehijauan sampai kecokelatan. Panjangnya bisa
mencapai 2-3 cm. Cacing ini mengalami siklus hidup yang kompleks.
Penularan (penyebaran) :
Penyebarannya
melalui pakan dan air minum, khususnya melalui dedaunan atau rerumputan yang
telah ditulari larva (tempayak).
Akibat :
Pengaruh
cacing ini tergantung pada banyak larva yang masuk ke dalam tubuh dan kondisi
tubuh ternak itu sendiri. Cacing ini menyebabkan penderitaan yang kronis,
menahun, kekurangan darah dan gizi. Pertumbuhan menjadi lambat. Timbul
peradangan hati dan empedu.
Pencegahan (pemberantasan) :
·
Pembasmian penyakit terutama
ditujukan kepada pembasmian siput, bekicot. Misalnya tidak dibiarkan lapangan
pangonan tergenang air atau drainase jelek. Memberikan copper sulphate di
lapangan penggembalaan atau trusi. Hal ini harus dilakukan karena perkembangan
cacing hati oleh siput sebagai hospes perantara.
·
Mengobati penderita dengan
Hexachlorophene.
Siklus hidup :
Cacing hati
yang masih muda berupa larva berasal dari telur yang menetas di dedaunan atau
rerumputan yang basah. Larva itu berenang-renang mencari siput atau bekicot
yang hidup di tempat-tempat yang basah atau tergenang air, seperti rawa-rawa,
payau dan sebagainya.
Di dalam tubuh siput, larva
mengalami beberapa fase perkembangan dengan cara membelah diri dan berubah
bentuk. Setelah 6 minggu dalam tubuh siput, mereka mengalami perkembangan yang
sempurna dan kemudian keluar dari tubuh siput.
Larva yang baru saja keluar dari
tubuh siput aktif berenang-renang dan menempel pada dedaunan atau rerumputan
yang berada di dekatnya dan membungkus dirinya dengan suatu kista sebagai
perlindungan. Namun, mereka tidak kuat bertahan terhadap kondisi yang kering.
Bersama-sama rumput yang termakan
hewan, kista masuk ke dalam alat pencernaan. Kemudian dinding kista hancur dan
cacing hati yang masih muda tadi muncul. Akhirnya mereka menembus
dinding-dinding usus, pindah ke hati bersama aliran darah. Parasit-parasit muda
tadi akan berada dalam hati selama 6 – 8 minggu.
Sesudah mereka mengalami kedewasaan,
parasit berpindah ke saluran empedu dan bertelur di situ. Telur-telur tadi
berpindah ke alat pencernaan melalui saluran darah dan kemudian keluar dari
tubuh hewan bersama kotoran.
Stomach Worm atau Cacing Perut
Gejala
·
Penderita tampak pucat karena
kekurangan darah (anemia).
·
Kondisi menurun, pertumbuhan lambat,
berat badan turun.
·
Kotoran encer, diare.
Penyebab :
Ada berbagai
jenis cacing yang hidup di dalam perut keempat (abomasum) dan usus.
Cacing-cacing itu (Parasitic Gastro Enteritis) bisa menimbulkan gangguan
penyakit, seperti anemi, radang, gangguan pencernaan dan sebagainya. Ribuan
cacing dari berbagai ukuran tinggal di dalam perut. Sebagian sulit diamati
dengan mata karena terlalu kecil. Pedet dan sapi-sapi muda yang menjadi sasaran
utama cacing-cacing ini. Sapi-sapi dewasa yang umurnya lebih dari dua tahun
akan tahan terhadap infeksi cacing.
Penularan (penyebaran) :
Penularan
atau penyebaran cacing ini melalui pakan atau air minum yang telah dicemari
oleh larva (tempayak).
Akibat serangan bisa menimbulkan
penyakit kekurangan gizi, mudah kena infeksi penyakit lain.
Siklus hidup
Telur cacing
keluar dari tubuh hewan bersama kotoran, kemudian jatuh di tanah. Pada kondisi
yang cocok karena kelembaban dan hawa serta zat asam menguntungkan baginya,
maka dalam waktu 4-5 hari telur akan menetas menjadi larva dan kemudian akan
menempel pada dedaunan dan rerumputan. Pada saat rumput dimakan sapi, maka
cacing yang masih muda atau berupa larva tadi ikut masuk ke dalam tubuh hewan.
Jika kondisi lingkungan tidak menguntungkan karena terlalu panas atau kering,
maka larva akan mati dalam waktu beberapa hari saja. Mereka bisa bertahan hidup
berbulan-bulan apabila kondisi menguntungkan.
Pencegahan (pengobatan)
·
Hindarkan kepadatan populasi ternak
di dalam kandang ataupun di lapangan penggembalaan.
·
Jangan sekali-kali menggembalakan
pedet di tempat yang habis dipakai untuk menggembalakan sapi dewasa.
·
Pakan yang diberikan harus cukup dan
baik guna menguatkan tubuh. Pedet tidak terlalu peka terhadap infeksi cacing.
Pada pedet yang sehat, cacing-cacing yang berada di dalam perut akan mati
dengan sendirinya karena tidak bisa berkembang.
·
Memberikan obat cacing Anthelimintic
secara periodik.
Cacing Paru-paru (Husk)
Gejala
·
Pada awalnya, penderita berulang
kali batuk-batuk.
·
Pernafasan meningkat lebih cepat.
·
Kondisi tubuh menurun, hewan kurus,
kehilangan berat badan.
Penyebab :
Cacing ini
tinggal dan bertelur di dalam paru-paru. Setiap hari cacing paru-paru bisa
bertelur sampai ribuan. Telur itu bisa berpindah ke dalam perut atau alat
pencernaan pada saat penderita batuk, yaitu terlepas ke mulut dan dari mulut
masuk ke dalam perut atau usus bersama dengan pakan yang tertelan. Selama
perjalanan di dalam tubuh hewan, telur tadi mengalami perkembangan dan
perubahan menjadi larva. Larva yang berada di dalam perut akhirnya keluar dari
tubuh hewan jatuh ke tanah bersama kotoran. Jika larva itu memperoleh kondisi
yang sesuai, lembab udara dan yang menguntungkan baginya, larva bisa bertahan
hidup sampai setahun. Sebaliknya jika kondisi lingkungan terlalu kering dan
larva tidak bisa berlindung, maka mereka tak akan bisa bertahan lebih dari
sebulan.
Pada saat pedet makan rumput yang
tercemar larva, larva itu masuk ke dalam tubuh pedet, yakni di dalam usus
halus, kemudian menembus dinding usus pindah ke paru-paru. Sesudah 28 hari
larva itu berada di dalam tubuh hewan, mereka akan mengalami kedewasaan dan
bertelur di dalam paru-paru.
Penularan (penyebaran) :
Penyebaran
cacing paru-paru ini dari penderita kepada sapi yang sehat lewat pakan yang
telah tercemar larva.
Akibat :
Oleh karena
ribuan cacing berada di dalam paru-paru, maka paru-paru sapi menjadi bengkak
akibat jaringan-jaringan paru-paru rusak. Akibat yang lebih jauh, penderita
bisa pneumonia bahkan bisa lebih fatal lagi yakni penderita bisa mati.
Pencegahan (pengobatan)
·
Sebaiknya sapi merumput di lapangan
rumput yang kering.
·
Memberikan air minum yang bersih
pada sapi yang sekiranya bersih dari pencemaran larva.
·
Hindarkan penggunaan pupuk kandang
di lapangan penggembalaan yang berasal dari kotoran sapi yang menderita
penyakit cacing paru-paru.
·
Diberikan pakan yang baik.
·
Lakukan pengobatan dengan
Anthelmintic.
Bloat
Bloat adalah keadaan rumen (perut
pertama) yang mengembang, membesar akibat kelebihan gas yang tak bisa cepat
keluar.
Gejala
·
Lambung pada sebelah kiri atas
membesar dan kencang .
·
Bagian itu bila dipukul dengan jari
berbunyi seperti drum akibat rentangan perut yang begitu kencang.
·
Pernafasan terganggu dan bekerja
berat, demikian pula kontraksi rumen yang sangat kuat.
Akibat :
Rumen
merupakan bagian dari perut yang paling besar dengan kapasitas 100-230 liter.
Rumen tersebut terletak pada bagian sebelah kiri. Oleh karena itu, jika sapi
menderita bloat, perut kiri tampak menonjol, karena rumen yang mengembang
mendorong ke arah luar, bahkan ke segala arah, termasuk mendorong sekat rongga
dada yang memisahkan isi perut dan dada yang di dalamnya terdapat paru-paru dan
hati. Kejadian ini mengakibatkan pernafasan dan sirkulasi darah terganggu.
Akibat lebih jauh, hewan goyah bahkan bisa jatuh, tidak bisa berjalan, tidak
bisa bangun kembali dan dalam waktu yang singkat penderita akan mati.
Penyebab :
Kasus bloat
semacam ini banyak dialami oleh sapi yang merumput pada lapangan penggembalaan
yang masih basah karena embun pagi, sapi yang makan biji-bijian gilingan halus
terlalu banyak, tetapi kurang mendapatkan hijauan yang berserat kasar tinggi,
serta sapi yang terlalu banyak makan hijauan dari jenis leguminose. Jenis
leguminose hanya bisa diberikan maksimal 50 persen.
Pencegahan :
·
Hindarkan pemberian pakan yang
berasal dari jenis leguminose yang terlalu banyak.
·
Sekali-kali jangan menggembalakan
sapi di lapangan penggembalaan pada pagi hari yang rumputnya masih basah karena
embun atau air hujan.
·
Berikan pakan pendahuluan berupa
jerami kering kepada sapi-sapi yang lapar sebelum digembalakan. Jerami kering
akan bisa dipertahankan kontraksi refleksi rumen secara normal.
Pengendalian (Pengobatan)
Bagi penderita bisa diatasi dengan
dua macam cara sebagai berikut.
·
Penderita diberi minum minyak yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan, misalnya minyak kacang tanah sebanyak 0,6 liter
ditambah minyak terpentin 28 cc, sebab minyak itu bisa menghancurkan buih yang
terbentuk dalam rumen yang menghalangi keluarnya gas. Penderita juga bisa
diberikan preparat silicone guna menghindarkan rentangan permukaan rumen dan
sekali-kali bisa menghacurkan buih.
·
Jika keadaan penderita memang sudah
parah, maka gas harus diupayakan bisa keluar secepatnya, yakni dengan cara
menusuk perut sebelah kiri dengan trocar dan canulla. Tempat penusukan pada
bagian belakang rusuk yang terakhir atau pada ujung pinggang. Canulla bisa
membuat lubang yang lebar, tetapi meninggalkan bekas yang sekecil mungkin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar