Jumat, 03 April 2015

penanaman legum

I.      PENDAHULUAN


1.1    latar belakang
Hijauan pakan merupakan makanan untuk ternak yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Hijauan pakan berasal dari bangsa rumput (Gramineae), leguminosa dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain. Kelompok hijauan pakan biasanya disebut pakan kasar, hijauan sebagai makanan ternak biasanya diberikan dalam dua macam bentuk yakni hijauan segar dan hijauan kering. Penyediaan pakan yang baik merupakan faktor yang mendukung dalam terpenuhnya nutrisi ternak.
Leguminosa salah satu jenis hijauan yang mempunyai kandungan protein cukup tinggi sehingga dapat dipakai sebagai makanan tambahan terhadap ternak yang diberi rumput saja. dengan tujuan agar dapat memenuhi kebutuhan gizinya. Jenis-jenis tanaman leguminosa yang relatif mudah ditanam dan memiliki nilai gizi cukup tinggi antara lain : Gamal {Glirisidia sepium). Lamtoro (Leucena leucocephala) dan Kalindra (Calliandra callothyrsus meissn). Jenis tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada berbagai kondisi tanah, dengan demikian diharapkan dengan penanaman leguminosa dapat mendukung terpenuhinya kebutuhan pakan terutama pada musim kemarau.
Adapun jenis hijauan yang umumnya diberikan pada ternak adalah rumput lapang yang sangat rendah nilai gizinya. Hijauan merupakan pakan ruminansia yang utama, oleh karena itu penyediaan hijauan dan kualitasnya sangat menentukan produktivitas dan perkembangan ternak ruminansia.







1.2    Rumusan masalah

Ø  Penanaman legum merambat
Ø  Penanaman legum pohon

1.3    tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi tentang penanaman dan waktu panen leguminosa pohon dan leguminosa merambat
II.  PEMBAHASAN

2.1    LEGUM MERAMBAT

A.    Sentro (Centrosema pubescens)
Centosema pubescens mempunyai ciri morfologi antar lain tumbuh secara menjalar hampir menutupi permukaan tanah. Sehingga tanaman sentro dapat digunakan sebagai penutup tanah pada budidaya tanaman hutan atau agroforestri (Lukiwati, 2007). Sentro merupakan tumbuhan parennial, tipe daun trifoliate  dan lebih runcing dibandingkan dengan puero dan kalopo, tumbuh membelit dan menjalar atau memanjang (Pudjiarti, 2004).
Centrosema pubescens berasal dari Amerika selatan tropis dan memiliki fungsi sebagai tanaman penutup tanah, tanaman sela, dan pencegah erosi. Legum Centrosema pubescens termasuk sub familia Papiloniceae dari famili Leguminoceae (Soedomo, 1985). Batang Centro panjang dan sering berakar pada bukunya, tiap tangkai berdaun tiga lembar, berbentuk elips dengan ujung tajam dan bulu halus pada kedua permukaannya. Bunga berbentuk tandan berwarna ungu muda bertipe kacang ercis dan kapri. Polong berwarna coklat gelap, panjang 12 cm, sempit dengan ujung tajam terdiri dari 20 biji (Widjajanto, 1992).

Cara tanam dan panen :
Ø  Bisa dengan cara stek batang atau dengan biji
Ø  Jarak tanam bervariasi antara 75 x 100 cm, 100 x 110 cm dll. ( sesuai lahan )
Ø  Waktu panen bisa disesuaikan dengan kondisi tanaman.

B.       Kalopo ( Calopogonium mucunoides )
Calopogonium muconoides berasal dari Amerika Selatan Tropik bersifat perennial, merambat membelit dan hidup di daerah – daerah yang tinggi kelembabannya.
Calopogonium mucunoides (Kalopo) memiliki ciri-ciri tumbuh merambat, membelit, memanjat, batang lunak ditutupi bulu-bulu panjang warna coklat, berdaun tiga setiap tangkai daun, dan bunga kecil berwarna ungu. Calopogonium muconoides berasal dari Amerika Selatan Tropik bersifat perennial, pertumbuhan kalopo menjalar, merambat, tidak tahan terhadap pengembalaan, tidak tahan naungan yang lebat tetapi dapat tumbuh dengan baik didaerah yang lembab sesuai dengan pendapat Sukamto (2006).

Penanaman :
dikembangbiakan dengan biji dan mampu tumbuh baik pada tanah sedang sampai berat pada ketinggian 200-1000 m diatas permukaan laut dan membutuhkan curah hujan tahunan sebesar 1270 mm. (Rahman. 2006)

C.      Puero (Pueraria phaseoloides)
Puero termasuk tanaman jenis legum berumur panjang, yang berasal dari daerah subtropis, tetapi bisa hidup di daerah tropik dengan kelembaban yang tinggi. Tanaman inibisa membentuk hamparan setinggi 60–75 cm sifat membelit, merambat dan dapat membentuk semak yang rimbun. Batang dan   daunnya berbulu padat dan panjang, daun tersusun majemuk dan helai berbentuk bulat telur lebar, bunga berwarana ungu kebiruan (Sutopo, 1988). 
Puero berasal dari India Timur, siklus hidupnya perenial. Ciri-cirinya tumbuh merambat, membelit dan memanjat. Sifat perakarannya dalam, daun muda tertutup bulu berwarna coklat, daunnya berwarna hijau tua dan bunganya berwarna ungu kebiruan (Soegiri et al., 1982).
Penanaman legume jenis puero dapat dilakukan pada curah hujan 1270 mm atau lebih dan pada struktur tanah sedang dan berat, tahan terhadap tanah yang kering, tanah asam, tanah yang kekurangan zat kapur dan fosfor serta dapat hidup di tanah yang berat maupun berpasir (Reksohadoprodjo, 1985).

Penanaman :
Puero (Pueraria phaseoloides) memiliki kultur teknis dikembangbiakkan dengan biji
2.2    LEGUM POHON

A.      Lamtoro (Leucaena leucocephala)
Leucaena leucocephala atau lamtoro merupakan leguminosa yang berasal dari Amerika tengah, Amerika selatan dan Kepulauan Pasifik. Tanaman ini tumbuh tegak, berupa pohon dan tidak berduri (Sutopo, 1988). Lamtoro dapat tumbuh pada daerah dataran rendah sampai dengan 500 m di atas permukaan air laut dengan curah hujan lebih dari 760 mm/th (Soedomo, 1985).
Lamtoro berakar dalam, mempunyai ketinggian antara 6,5 sampai 33 ft. Daun – daunnya berkurang, berbunga dengan bentuk bola berwarna putih kekuning-kuningan atau merah muda. Lamtoro dapat ditanam untuk makanan ternak, pemotongan pertama dapat dilakukan 6 – 9 bulan sesudah penyebaran bijinya, pemotongan dilakukan sampai sisa tanaman adalah 2 sampai 4 inchi dari atas tanah dan kemudian pemotongan berikutnya dapat dilakukan tiap 45 bulan sekali. Petai cina atau lamtoro ini dapat ditanam sebagai tanaman annual dan perennial (Reksohadiprodjo, 1985).
Lamtoro merupakan jenis daun mejemuk menyirip genap ganda dua dengan sempurna, dikatakan menyirip karena tata letak anak tangkai daunnya menyirip sedangkan dikatakan ganda dua karena anak daunnya duduk pada cabang tingkat satu dari ibu tangkai dan dikatakan genap karena anak daun duduknya berpasangan dengan anak daun yang lain. Pada sepasang anak daun yang terdapat di ujung tangkai biasanya posisinya menutup.


Penanaman :
Lamtoro dapat tumbuh baik pada tanah dengan tekstur berat dengan drainase yang baik dan sangat responsif terhadap Ca dan P pada tanah masam (Susetyo, 1985). 
Bahan tanam dari lamtoro adalah berupa biji dan stek. Lamtoro dapat dipotong pertama kali setelah mencapai tinggi 0,6 – 0,9 m yaitu sekitar umur 4 – 6 bulan, dengan interval pemotongan 2 – 3 bulan (Soegiri et. al, 1982).
Tanaman lamtoro dapat di tanam bersama dengan rumput Guinea. Daun muda lamtoro terdapat racun mimosin (Sutopo, 1988).

B.       Gamal (Gliricidia sepium)
Gamal adalah sejenis legum yang mempunyai ciri-ciri tanaman berbentuk pohon, warna batang putih kecoklatan, perakaran kuat dan dalam. Gamal merupakan leguminosa berumur panjang, tanaman ini dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan dengan temperatur suhu antara 20 – 30 oC dengan ketinggian tempat antara 750 – 1200 m. Tanaman ini mampu hidup di daerah kering dengan curah hujan 750 mm/thn dan tahan terhadap genangan.
Tanaman gamal tinggi menjulang dengan batang lurus panjang. Kulit batangnya mudah sekali lecet atau terkelupas. Bunga gamal tersusun dalam rangkaian dengan warna merah muda keputihan. (Reksohadiprodjo, 1985). Pada daun gamal anak daun yang paling ujung berbentuk agak melebar dan membesar. Anak-anak daunnya tersusun secara berselang-seling dengan jumlah yang ganjil dan anak daun tersebut tersusun secara menyirip. Karena ciri-ciri tersebut maka daun gamal termasuk ke dalam daun mejemuk menyirip gasal.

Penanaman :
Perkembangan tanaman ini dengan stek, dengan banyak cabang dan responsif terhadap pupuk N (Soedomo, 1985).
Penanaman gamal yang harus diperhatikan yaitu jarak tanaman dibuat 2 – 2,5 m antar baris.



C.      Turi (Sesbania grandiflora)
Daun turi merupakan hijauan makanan ternak yang kaya akan kandungan protein kasar. Komposisi zat gizi daun turi terdiri atas; protein kasar 27,3%, energi kasar 4.825 kkal/kg, SDN 24,4%, lignin 2,7%, abu 7,5%, Ca 1,5% dan P 0,4%.
Salah satu kendala penggunaan daun turi sebagai pakan ternak adalah rendahnya produksi biomass dan tidak tahan terhadap pemangkasan. produksi daun turi pada musim kemarau (1,7 kg/pohon/3-4 bulan) dan musim hujan (4,1 kg/pohon/2-3 bulan). Akan tetapi, turi relatif tahan terhadap kekeringan sehingga sangat bermanfaat sebagai sumber pakan kambing pada musim kemarau.
Turi (Sesbania grandiflora) adalah sejenis legum yang mempunyai ciriciri tanaman berbentuk pohon yang berumur pendek, tinggi sekitar 5sampai10 m, rantingnya menggantung, daun penumpu bulat telur miring sekitar 0,5sampai 1 cm, tanaman turi mempunyai dua varietas yaitu yang berbunga putih dan yang berbunga merah. Daun dan bunga muda juga dimakan oleh orang sebagai sayur mayur. 
Daun dan ranting muda adalah makanan ternak yang sangat kaya akan putih telur.
(Van, 1975) 
Menurut Soegiri et al. (1982) turi (Sesbania grandiflora) merupakan sejenis tanaman semak yang bisa mencapai tinggi 5sampai10 m, tumbuh dengan cepat di daerah tropis yang lembab. Tanaman ini berbunga besar berwarna putih, merah atau ungu. Buahnya berbentuk polong yang panjang, daunnya majemuk, kecil dan bulat. 
Sejenis tanaman semak yang bisa mencapai tinggi 5-10 m dan tumbuh cepat di daerah tropis yang lembab. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 1.200 m dpl dengan curah hujan 2.000 mm/tahun. Tanaman ini banyak ditanam di pematang sawah. Jenis legum ini memiliki bunga berukuran besar dan berwarna putih tapi ada pula yang merah dan ungu. Daun berukuran bulat kecil dan majemuk. Buahnya berbentuk polong yang panjang. Merupakan sumber vitamin seperti pro vitamin A, B, C dan E dan sumber mineral terutama Ca dan P.



Penanaman :
Dapat dilakukan dengan cara stek batang serta jarak tanam yang luas yaitu 2 x 3 meter.





III.    PENUTUP



3.1    Kesimpulan

Centosema pubescens mempunyai ciri morfologi antar lain tumbuh secara menjalar hampir menutupi permukaan tanah. Sehingga tanaman sentro dapat digunakan sebagai penutup tanah pada budidaya tanaman hutan atau agroforestri.
Calopogonium mucunoides (Kalopo) memiliki ciri-ciri tumbuh merambat, membelit, memanjat, batang lunak ditutupi bulu-bulu panjang warna coklat, berdaun tiga setiap tangkai daun, dan bunga kecil berwarna ungu. Calopogonium muconoides berasal dari Amerika Selatan Tropik bersifat perennial.
Tanaman gamal tinggi menjulang dengan batang lurus panjang. Kulit batangnya mudah sekali lecet atau terkelupas. Bunga gamal tersusun dalam rangkaian dengan warna merah muda keputihan.
Lamtoro berakar dalam, mempunyai ketinggian antara 6,5 sampai 33 ft. Daun – daunnya berkurang, berbunga dengan bentuk bola berwarna putih kekuning-kuningan atau merah muda.
DAFTAR PUSTAKA


Lukiwati, D.R. 2007. Peningkatan Prduksi dan Kecernaan Bahan Kering Centrosema pubescens dan Pueraria phaseoloides oleh Pemupukan Batuan Posfat dan Inokulasi MVA. Vol 9. No.1, 2007, Hal 1-5.

Pudjiarti. 2004. Produksi Bahan Kering Serapan N dan P Hijauan pada Pertamanan Ganda Setaria dan Puero atau Centro dengan Pemupukan Fosfat dari Sumber yang Berbeda. 1-65.

Rahman, S.Y. 2006. Respons Pertumbuhan dan Adaptasi Terhadap Cekaman Kekeringan 3 Jenis Tanaman Legum Pakan yang Diinokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula dan Rhizobium di Ultisol. 1-134.

Sukamto, B. 2006. Ilmu Tanaman Makanan Ternak. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Biji Rumput dan Legum Makanan Ternak Tropik. BPFE UGM, Yogyakarta

Soedomo, R 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. PT Gramedia, Jakarta

Soegiri, H. S., Ilyas dan Damayanti. 1982. Mengenal Beberapa Jenis Makanan Ternak Daerah Tropis. Direktorat Biro Produksi Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta

Susetyo, S. 1985. Hijauan Makanan Ternak. Dirjen Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta

Sutopo, L. 1988. Teknologi Benih. CV. Rajawali, Jakarta

Widjajanto, D. W. 1992. Pertumbuhan dan Produksi Potong pada Berbagai Kadar Lengas Tanah. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.


Van, C. GG. dan J Steenis. 1975. Flora Untuk Sekolah di Indonesia. Pradnyaparamita, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar