CIRI-CIRI TERNAK POTONG DAN KERJA
Tipe ternak Potong, Ciri
cirinya :
Ø
Bentuk badan seperti
balok/segi empat
Ø
Badan dalam dan lebar
Ø
Leher dan bahu tebal
Ø
Dada lebar dan dalam
Ø
Segala garis lurus datar
Tipe ternak kerja / tipe
tarik, ciri cirinya :
Ø
Tulang kuat
Ø
Jalan cepat
Ø
Tahan panas dan lapar
Ø
Tubuh besar dan harmonis
JENIS-JENIS
TERNAK POTONG DAN KERJA
(
RUMINANSIA DAN NON RUMINANSIA )
A.
SAPI
1.
BRAHMAN
Sapi ini berasal dari India, namun banyak dikembangkan di
Amerika, yang masuk ke Indonesia adalah dari Amerika. Bobot jantan maksimum
800kg dan betina 550kg.
Sapi Brahman memiliki karakteristik punuk besar dan kulit
yang longgar dengan lipatan kulit dibawah leher dan perut yang lebar, telinga
menggantung. Warna kulit umumnya abu-abu, tetapi ada juga yang merah. Tidak
bertanduk dan hanya berupa bungkul, kepala relatif pendek dengan profil
melengkung, dengan kaki panjang dan kokoh.
2.
LIMOUSINE
Merupakan keturunan
sapi Eropa yang berkembang di Prancis, sapi ini merajai di pasar-pasar sapi Indonesia
dan merupakan sapi primadona untuk penggemukan, harganya mahal karena
pertumbuhannya bisa mencapai 1,1kg per hari.
Ukuran tubuhnya besar dan
panjang serta dadanya lebar dan berdaging tebal. Bulunya berwarna merah mulus,
sorot matanya tajam, kaki tegap dengan warna pada bagian lutut ke bawah
berwarna terang tanduk pada sapi jantan tumbuh keluar dan agak melengkung,
bobot sapi jantan 850 kg dan betina 650 kg.
3.
CHAROLAIS
Sapi jenis ini juga di
kembangkan di negara Prancis, warna bulu perak dan merupakan jenis paling besar
di negara tersebut, sapi ini jarang didapat di pasar-pasar tradisional. Pertumbuhan
badannya per hari bisa mencapai 1,3kg.
4.
HEREFORD
Sapi ini juga
merupakan sapi keturunan Eropa yang dikembangkan di Inggris, berat jantan
rata-rata 900kg dan betina 725kg.
Bulunya berwarna merah
kecuali bagian muka, dada, perut bawah, dan ekor berwarna putih. Bentuk badan bulat
panjang dengan ukuran lambung besar. Sebagian sapi bertanduk dan sebagian lagi
tidak bertanduk
5.
SHORTHORN
Sapi jenis ini sama dengan
hereford dan juga dikembangkan di negara Inggris bobot jantan rata-rata 1100kg
dan betina 850kg.
Sapi Shorthorm berwarna merah coklat tua
dan putih. Anaknya kecil, namun akan tumbuh dengan cepat besar. Kualitas daging
baik.
6.
SIMMENTAL
Sapi ini berasal dari
lembah Simme negara Switzerland, tapi banyak dikembangkan di Australia dan Selandia
Baru, bobot jantan rata-rata 1100kg dan betina 800kg, Sapi ini merupakan tipe sapi perah dan pedaging. Sapi
jantan dewasa mampu mencapai berat badan 1150 kg sedang betina dewasa 800 kg.
Secara genetik, sapi Simmental adalah sapi potong yang berasal dari wilayah
beriklim dingin, merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume rumen yang besar,
voluntary intake (kemampuan menambah konsumsi di luar kebutuhan yang
sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat, sehingga menuntut tata
laksana pemeliharaan yang lebih teratur.
7.
ABERDEN ANGUS
Sapi ini masuk di
Indonesia melalui Selandia Baru, tapi awal mulanya berasal dari Skotlandia, bobot
jantan rata-rata 900kg dan betina 700kg. Sapi ini tidak
memiliki tanduk umur dewasa sapi angus adalah 2 tahun, hasil karkas tinggi,
sebagai penghasil daging dan tidak digunakan sebagai penghasil susu. Anak pedet
ukurannya kecil sehingga induk tidak mengalami banyak stress saat proses
melahirkan. Untuk memperbaiki genetic sapi ini sering dikawin silangkan dengan
sapi lain, misalnya sapi Brahman. Hasl persilangan disebut Brangus (Brahman
Angus).
8.
BRANGUS
Sapi brangus merupakan hasil persilangan sapi betina Brahman dan
pejantan angus. Cirri khasnya adalah warna hitam dengan tanduk kecil. Sifat
Brahman yang diwarisi brangus adalah dengan adanya punuk, tahan udara panas,
tahan gigitan serangga dan mudah menyesuaikan diri dengan pakan yang mutunya
kurang baik. Sedangkan sapi angus yang diturunkan produktivitas daging dan persentase
karkasnya tinggi.
9.
SANTA GERTRUDIS
Sapi
ini merupakan sapi hasil persilangan sapi Brahman dengan sapi betina shorthorn,
dikembangkan pertama kali di King Ranch Texas AS tahun 1943 dan pada tahun 1973
masuk ke Indonesia. Bobot jantan rata-rata 900 kg dan betina 725 kg. Badan sapi
besar dan padat. Seluruh tubuh dipenuhi bulu halus dan pendek serta berwarna
merah kecoklatan. Punggungnya lebar dan dada berdaging tebal. Kepala lebar, dahi
agak berlekuk dan mukanya lurus. Gelembir lebar berada di bawah leher dan
perut. Sapi jantan berpunuk kecil dan kepalanya bertanduk. Berat sapi jantan
mencapai 900 kg sedang betina 725 kg. Dibanding sapi Eropa sapi santa gertrudis
mempunyai toleransi terhadap panas yang lebih baik dan pakan yang sederhana dan
tahan gigitan caplak.
10.
DROUGH MASTER
Merupakan
persilangan antara betina Brahman dan jantan shortron, dikembangkan di
Australia. Banyak dijumpai di peternakan besar di Indonesia. Sifat Brahman lebih
dominan, badannya besar dan otot padat. Warna bulu merah coklat muda hingga
merah atau coklat tua. Pada ambing sapi betina terdapat bercak putih
11.
Sapi Ongole
Sapi Ongole berasal dari
India, tepatnya di kabupaten Guntur, propinsi Andra Pradesh. Sapi ini menyebar
ke seluruh dunia termasuk Indonesia.
Karakteristik Sapi ongole
merupakan jenis ternak berukuran sedang, dengan gelambir yang lebar yang
longgar dan menggantung. Badannya panjang sedangkan lehernya pendek. Kepala
bagian depan lebar di antara kedua mata.
Bentuk mata elip dengan bola
mata dan sekitar mata berwarna hitam. Telinga agak kuat, ukuran 20-25 cm, dan
agak menjatuh. Tanduknya pendek dan tumpul, tumbuh ke depan dan ke belakang.
Pada pangkal tanduk tebal dan tidak ada retakan. Warna yang populer adalah
putih. Sapi jantan pada kepalanya berwarna abu tua, pada leher dan kaki
kadang-kadang berwarna hitam. Warna ekor putih, kelopak mata putih dan otot
berwarna segar, kuku berwarna cerah dan badan berwarna abu tua.
Sapi ini lambat dewasa, pada
umur 4 tahun mencapai dewasa penuh. Bobot sapi 600 kg pada sapi jantan dan
300-400 kg untuk sapi betina. Berat lahir 20-25 kg. persentase karkas 45-58%
dengan perbandingan daging tulang 3,23 : 1.
12. Sapi Peranakan Ongole (PO)
Hasil perkawinan antara sapi ongole
dengan sapi Jawa. Sapi ini adalah jenis pekerja yang baik. Tenaga besar, ukuran
tubuh besar, sifat sabar, tahan terhadap panas lapar dan haus, serta mampu
mengkonsumsi pakan berkualitas rendah. Sifat dan daya reproduksi sapi PO betina
lebih tinggi dibandingkan dengan sapi bali dan madura.
Warna bulu bervariasi dari
putih sampai putih kelabu dengan campuran kuning oranxe keabuan. Pada sapi
jantan bagian leher, punuk sampai kepala berwarna putih keabuan, sedangkan pada
anak yang baru lahir berwarna coklat dan berubah menjadi putih kelabu.
Bentuk tanduk pada jantan
lebih pendek dibandingkan betina, memiliki punuk bulat, besar dan bergelambir
lebar tergantung mulai leher melalui perut hingga ambing atau skrotum. Tinggi
sapi jantan mencapai 150 cm dengan bobot 600 kg, sedangkan sapi betina mencapai
135 cm dengan bobot badan 450 kg dengan PBBH mencapai 0,47-0,81
13.
Sapi bali
Sapi Bali (Bos Sondaicus) adalah sapi asli Indonesia hasil penjinakan
(domestikasi) banteng liar yang telah dilakukan sejak akhir abad ke 19 di Bali,
sehingga sapi jenis ini dinamakan Sapi Bali. Sebagai "mantan"
keturunan banteng, sapi Bali memiliki warna dan bentuk persis seperti banteng.
Kaki sapi Bali jantan dan betina berwarna putih dan terdapat telau, yaitu bulu
putih di bagian pantat dan bulu hitam di sepanjang punggungnya.
Sapi Bali tidak berpunuk, badannya montok, dan dadanya dalam.
Sapi Bali tidak berpunuk, badannya montok, dan dadanya dalam.
Sapi Bali jantan bertanduk dan berbulu
warna hitam kecuali kaki dan pantat. Berat sapi Bali dewasa berkisar 350 hingga
450 kg, dan tinggi badannya 130 sampai 140 cm. Sapi Bali betina juga bertanduk
dan berbulu warna merah bata kecuali bagian kaki dan pantat. Dibandingkan
dengan sapi Bali jantan, sapi Bali betina relatif lebih kecil dan berat
badannya sekitar 250 hingga 350 kg.
Sewaktu lahir, baik sapi Bali jantan
maupun betina berwarna merah bata. Setelah dewasa, warna bulu sapi Bali jantan
berubah menjadi hitam karena pengaruh hormon testosteron. Karena itu, bila sapi
Bali jantan dikebiri, warna bulunya yang hitam akan berubah menjadi merah bata.
Keunggulan sapi Bali ini antara lain : Daya tahan terhadap
panas tinggi; Pertumbuhan tetap baik walau pun dengan pakan yang jelek;
Prosentase karkas tinggi dan kualitas daging baik; Reproduksi dapat beranak
setiap tahun.
14. Sapi BX (Brahman cross)
Sapi BX
(Brahman Cross),
adalah ternak sapi hasil domestikasi/penjinakan sapi Brahman yang dikembangkan di Amerika dan Australia dan disilangkan dengan berbagai jenis sapi
lainnya, seperti sapi Shorthorn, sapi Santa Gertrudis, Droughmaster, Hereford,
Simmental, dan sapi Limousin. Hasil silangan ini kemudian disilangkan lagi dengan sapi
Brahman sehingga campuran darah dalam setiap keturunan sangat bervariasi.
Sapi ini yang
memiliki pertumbuhan baik dan tahan terhadap iklim tropis serta tahan terhadap
penyakit/hama penyebab penyakit, kutu dan tunggau.
Warna kulit
sapi ini sangat bervariasi antara lain putih abu-abu, hitam, coklat, merah,
kuning, bahkan loreng seperti harimau. Pasar tradisional tertentu masih ada yang
"fanatik" dengan warna kulit, sehingga dengan banyaknya variasi warna
kulit sapi ini bisa memenuhi selera tiap-tiap pasar yang cenderung masih
spesifik.
15.
Sapi angus
Sapi Angus merupakan sapi yang
mempunyai tingkat kualitas karkas yang sangat bagus, serta mempunyai ketahanan
terhadap penyakit dan merupakan keturunan dari sapi Brahman. Sapi Angus ini masuk ke Indonesia melalui
Selandia Baru.
Sapi ini juga mempunyai tingkat
produktivitas dalam berkembang biak yang sangat bagus, dimana betinanya
mempunyai kemampuan yang sangat bagus untuk berkembang biak dan menyusui
anaknya. Sapi Angus ini juga merupakan salah satu dari jenis BX (Brahman
cross).
16.
Sapi Madura
Sapi Madura adalah salah satu sapi
potong lokal yang asli Indonesia, pada awalnya banyak didapatkan di Pulau Madura,
namun sekarang sudah menyebar ke seluruh Jawa Timur.
Sapi Madura pada mulanya terbentuk dari persilangan antara banteng dengan
Bos indicus atau sapi Zebu, yang secara genetik memiliki sifat toleran terhadap
iklim panas dan lingkungan marginal serta tahan terhadap serangan caplak.
Karakteristik
sapi Madura sangat seragam, yaitu bentuk tubuhnya kecil, kaki pendek dan kuat,
bulu berwarna merah bata agak kekuningan tetapi bagian perut dan paha sebelah
dalam berwarna putih dengan peralihan yang kurang jelas; bertanduk khas dan
jantannya bergumba
Ciri-ciri
umum fisik Sapi Madura adalah : Jantan maupun betinanya sama-sama berwarna
merah bata; Paha belakang berwarna putih; Kaki depan berwarna merah muda;
Tanduk pendek beragam, pada betina kecil dan pendek berukuran 10 cm,
sedangkanpada jantannya berukuran 15-20 cm; Panjang badan mirip Sapi Bali
tetapi memiliki punuk walaupun berukuran kecil.
17. Sapi Beefmaster
Sapi
Beefmaster merupakan persilangan antara sapi Brahman, sapi Hereford, dan sapi
Shorthorn yang dikembangkan pertama kali oleh Mr. Lasater.
Kombinasi antara ketiga
sapi tersebut menghasilkan sapi
yang superior. Sapi BeefMaster ini juga merupakan salah satu dari jenis
BX (Brahman cross).
B.
KAMBING
1.
KAMBING KACANG
Ciri-ciri
kambing kacang :
Ø Memiliki tubuh yang relatif kecil
dengan kepala ringan dan kecil.
Ø Posisi telinganya tegak, berbulu lurus
dan pendek.
Ø Umumnya memiliki warna bulu tunggal
putih, hitam, coklat, atau kombinasi ketiganya.
Ø Kambing jantan maupun betina memiliki
dua tanduk pendek.
Ø Berat tubuh jantan dewasa dapat
mencapai 30 kg, serta betina dewasa mencapai 25 kg.
Ø Tinggi kambing jantan 60 – 65 cm,
sedangkan yang betina 56 cm.
Ø Memiliki bulu pendek pada seluruh
tubuh, kecuali pada ekor dan dagu, pada kambing jantan juga tumbuh bulu panjang
sepanjang garis leher, pundak dan punggung sampai ekor dan pantat.
2.
KAMBING ETAWA
Kambing Ettawa atau dikenal juga dengan
nama Kambing Jamnapari, merupakan jenis kambing unggul yang dapat diternakkan
sebagai kambing penghasil susu maupun sebagai kambing penghasil daging.
Kambing Ettawa ini didatangkan dari India.
Ciri-ciri
kambing Ettawa :
Ø Badannya besar, tinggi gumba kambing
jantan 90 cm hingga 127 cm dan yang betina mencapai 92 cm.
Ø Bobot yang jantan bisa mencapai 91 kg,
sedangkan betina hanya mencapai 63 kg.
Ø Telinganya panjang dan terkulai ke
bawah.
Ø Dahi dan hidungnya cembung.
Ø Kambing jantan maupun betina bertanduk
pendek.
Ø Kambing Etawa mampu menghasilkan susu
hingga tiga liter per hari.
3.
KAMBING JAWARANDU
Kambing Jawarandu (Jawa Randu) memiliki
nama lain Bligon, Gumbolo, Koplo dan Kacukan. Kambing ini merupakan hasil
silangan dari kambing peranakan Ettawa dengan kambing Kacang, namun sifat fisik
kambing kacangnya yang lebih dominan. Untuk menghemat biasanya peternak susu kambing
memilih kambing ini untuk diternakkan dan diambil susunya. Kambing ini dapat
menghasilkan susu sebanyak 1,5 liter per hari.
Ciri-ciri kambing Jawarandu :
Ø Memiliki tubuh lebih kecil dari kambing
ettawa, dengan bobot kambing jantan dewasa dapat lebih dari 40 kg, sedangkan
betina dapat mencapai bobot 40 kg.
Ø Baik jantan maupun betina bertanduk.
Ø Memiliki telinga lebar terbuka, panjang
dan terkulai.
Ø Baik jantan maupun betina merupakan
tipe pedaging dan penghasil susu.
4.
KAMBING PERANAKAN ETAWA ( PE )
Kambing ini merupakan hasil
persilangan antara kambing Etawa dengan kambing lokal/Kacang, dengan tujuan
lebih mampu beradaptasi dengan kondisi Indonesia. Kambing ini dikenal sebagai
kambing PE (Peranakan Etawa), dan saat ini juga dianggap sebagai kambing Lokal.
Ciri-ciri kambing Peranakan Etawa :
Ø Warna
bulu belang hitam, putih, merah, coklat dan kadang putih.
Ø Badannya
besar sebagaimana Etawa, bobot yang jantan bisa mencapai 91 kg, sedangkan
betina mencapai 63 kg.
Ø Telinganya
panjang dan terkulai ke bawah, bergelambir yang cukup besar
Ø Dahi
dan hidungnya cembung.
Ø Kambing
jantan maupun betina bertanduk kecil/pendek.
Ø Daerah
belakang paha, ekor dan dagu berbulu panjang
Ø Kambing
Peranakan Etawa mampu menghasilkan susu hingga tiga liter per hari.
5.
KAMBING GEMBRONG
Kambing Gembrong
terdapat di daerah kawasan Timur Pulau Bali terutama di Kabupaten
Karangasem. bentuk
dan ukuran tubuh kambing betina mirip kambing kacang. Tapi pada bagian bawah
perut melebar. Kambing gembrong betina juga bertanduk, namun lebih pendek dan
oval. Rambut panjang terdapat pada kambing jantan, sedangkan kambing Gembrong
betina berbulu pendek berkisar 2-3 cm.
Warna tubuh dominan kambing Gembrong
pada umumnya putih sebagian berwarna coklat muda dan coklat. Pola warna tubuh
kebanyakan satu warna, sebagian lagi dua – sampai tiga warna. Tinggi kambing
(gumba) 58 – 65 cm, bobot badan kambing dewasa 32-45 kg. Kambing jantan
berjumbai pada dahi. Jumbai terkadang menutup mata dan muka kambing.
6.
KAMBING BOERAWA
Kambing Boerawa merupakan kambing
hasil persilangan antara kambing Boer jantan dengan kambing Peranakan Etawah
(PE) betina. Ternak hasil persilangan kedua jenis kambing tadi disebut dengan
Boerawa yakni singkatan dari kata Boer dan Peranakan Etawah. Kambing hasil
persilangan ini mulai berkembang dan banyak jumlahnya di Propinsi Lampung,
walaupun upaya persilangan antara kambing Boer dengan kambing lokal telah
dilakukan di beberapa propinsi lainnya seperti Sumatera Utara dan Sulawesi
Selatan.
7.
KAMBING MUARA
Kambing ini dapat dijumpai
di daerah Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara di Propinsi Sumatera
Utara.
Dari segi
penampilannya kambing ini nampak gagah, tubuhnya kompak dan sebaran warna bulu
bervariasi antara warna bulu coklat kemerahan, putih dan ada juga berwarna bulu
hitam. Bobot kambing Muara ini lebih besar dari pada kambing Kacang dan
kelihatan prolifik.
8.
KAMBING KOSTA
Kambing ini dulunya
terbentuk dari persilangan kambing Kacang dan kambing Khasmir (kambing impor).
Warna dari kambing
Kosta ini adalah coklat tua, coklat muda, coklat merah, abu-abu sampai hitam.
Pola warna tubuh umumnya terdiri dari 2 warna, dan bagian yang belang umumnya
didominasi oleh warna putih.
Kambing Kosta terdapat
di Kabupaten Serang, Pandeglang, dan disekitarnya serta ditemukan pula dalam
populasi kecil di wilayah Tangerang dan DKI Jakarta.
9.
KAMBING MARICA
Kambing Marica adalah suatu
variasi lokal dari Kambing Kacang yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan,
dan merupakan salah satu genotipe kambing asli Indonesia yang menurut laporan
FAO sudah termasuk kategori langka dan hampir punah (endargement).
Ciri yang paling khas pada
kambing ini adalah telinganya tegak dan relatif kecil pendek dibanding telinga
kambing kacang. Tanduk pendek dan kecil serta kelihatan lincah dan agresif.
10. KAMBING SAMOSIR
Berdasarkan sejarahnya
kambing Samosir ini dipelihara penduduk setempat secara turun temurun di Pulau
Samosir, di tengah Danau Toba, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera
Utara.
Tubuh kambing dewasa
yaitu rataan bobot badan betina 26 – 32 kg; panjang badan 57 – 63 cm; tinggi
pundak 50 – 56 cm; tinggi pinggul 53 – 59 cm; dalam dada 28 – 33 cm dan lebar
dada 17 – 20 cm.
Berdasarkan ukuran
morfologi tubuh, kambing spesifik lokal Samosir ini hampir sama dengan kambing
Kacang yang ada di Sumatera Utara, yang membedakannya terhadap kambing Kacang
yaitu penotipe warna tubuh yang dominan putih dengan hasil observasi 39,18%
warna tubuh putih dan 60,82% warna tubuh belang putih hitam.
C.
DOMBA
1.
DOMBA GARUT
Menurut para pakar domba
seperti Prof. Didi Atmadilaga dan Prof. Asikin Natasasmita, bahwa Domba Garut
merupakan hasil persilangan segitiga antara domba lokal (asli Indonesia), Domba
Cape/Capstaad (Domba Ekor Gemuk atau Kibas) dari Afrika Selatan dan Domba
Merino dari Asia Kecil. Yang dibentuk kira-kira pada pertengahan abad ke 19
(±1854) yang dirintis oleh Adipati Limbangan Garut.
Domba ini dipelihara selain
sebagai domba potong atau domba pedaging, juga dipelihara sebagai domba aduan.
Ciri-ciri domba
garut :
Ø Bertubuh
besar dan lebar, lehernya kuat, dahi konveks.
Ø Domba
priangan jantan memiliki tanduk besar dan kuat, melengkung ke belakang
berbentuk spiral, dan pangkal tanduk kanan dan kiri hampir menyatu. Sedangkan
domba betina tidak memiliki tanduk, panjang telinga sedang, dan terletak di
belakang tanduk.
Ø Domba
jantan mempunyai berat 40-80 kg, sedangkan betina 30-40 kg.
Ø Kadang-kadang
dijumpai adanya domba tanpa daun telinga.
2.
TEXEL WONOSOBO
Domba Texel mempunyai
ciri khas yang mudah dibedakan dari domba jenis lain yaitu : Mempunyai bulu wol
yang keriting halus berbentuk spiral berwarna putih yang menyelimuti bagian
tubuhnya kecuali perut bagian bawah, keempat kaki dan kepala. Postur tubuh
tinggi besar dan panjang dengan leher panjang dan ekor kecil.
Domba Texel tergolong
ternak unggulan yang berpotensi sebagai penghasil daging. Bobot badan dewasa
jantan dapat mencapai 100 kg dan yang betina 80 kg dengan karkas sekitar 55 %.
Dalam penggemukkan secara intensif dapat menghasilkan pertambahan berat badan
265 – 285 gram/hari.
3.
DOMBA
BATUR
Domba
Batur (atau Domas) sebenarnya merupakan domba hasil persilangan dari domba
lokal yaitu domba Ekor Tipis (Gembel), domba Suffolk dan domba Texel.
Pada 1984, kelompok tani ternak di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara,
Jawa Tengah, berusaha menyilangkan domba bantuan presiden dengan domba lokal.
Persilangan domba asal Tapos dan domba lokal menghasilkan keturunan yang oleh
warga dinamai domba Batur atau Domas.
Pada
awalnya berkembang di daerah Banjarnegara dan menjadi ikon Banjarnegara, dan
sejak tahun 2009 mulai berkembang di beberapa daerah Jawa dan Sumatera.
Domba
batur jantan maupun betina adalah tipe domba potong yang merupakan penghasil
daging yang baik.
Ciri-ciri Domba
Batur :
Ø Tubuhnya
besar dan panjang.
Ø Kaki
cenderung pendek dan kuat.
Ø Domba
jantan maupun betinanya tidak memiliki tanduk.
Ø Kulitnya
relatif lebih tipis dibandingkan domba garut, kibas, atau gembel, namun bulunya
tebal.
Ø Warna
bulu dominan putih dan menutupi seluruh tubuhnya hingga bagian muka domba.
Ø Keunggulan
utama domba Batur ini adalah berat badannya. Untuk domba jantan dewasa berkisar
antara 90-140 kg dan domba betina 60-80 kg, serta tinggi badan domba jantan
dapat mencapai 75 cm dan tinggi domba betina 60 cm.
4. DOMBA EKOR TIPIS
Domba
ekor tipis dikenal sebagai domba asli Indonesia dan sering disebut Domba
Gembel, dalam Bahasa Inggris disebut Javanesse Thin-Tailed sheep.
Pada
awalnya domba ini berkembang di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat, namun saat
ini sudah berkembang di seluruh pulau jawa khususnya dan Indonesia pada
umumnya.
Ciri-ciri domba
ekor tipis :
Ø Termasuk
golongan domba berperawakan kecil, dengan berat badan domba jantan 30-40 kg dan
domba betina 15-20 kg.
Ø Bulu
wolnya gembel berwarna putih dominan dengan warna hitam di sekeliling mata,
hidung, dan beberapa bagian tubuh lain.
Ø Ekornya
tidak menunjukkan adanya desposisi lemak.
Ø Telinga
umumnya medium sampai kecil dan sebagian berposisi menggantung.
Ø Domba
jantan memiliki tanduk melingkar, sedangkan yang betina umumnya tidak
bertanduk.
5. DOMBA EKOR GEMUK
Domba Ekor Gemuk dikenal
juga dengan nama Domba Kibas (di Jawa), juga dikenal sebagai domba Donggala,
yang sekarang sudah dipatenkan menjadi domba ekor gemuk lokal Palu dari
Sulawesi Tengah. Domba ini berasal dari Asia Barat atau India yang dibawa oleh
pedagang bangsa Arab pada abad ke-18. Pada sekitar tahun 1731 sampai 1779
pemerintah Hindia Belanda telah mengimpor domba Kirmani, yaitu domba ekor gemuk
dari Persia.
Ciri-ciri
domba ekor gemuk :
Ø Bentuk
badannya sedikit lebih besar daripada domba lokal lainnya.
Ø Berat
domba jantan mencapai 40-60 kg, sedangkan domba betina 25-50 kg.
Ø Tinggi
badan pada jantan dewasa antara 52 – 65 cm, sedangkan pada betina dewasa 47 –
60 cm.
Ø Warna
bulu wolnya putih dan kasar.
Ø Ekor
yang besar, lebar dan panjang. Bagian pangkal ekor membesar merupakan timbunan
lemak, sedangkan bagian ujung ekor kecil karena tidak terjadi penimbunan lemak.
Cadangan lemak di bagian ekor berfungsi sebagai sumber energi pada musim
paceklik.
Ø Dada
terlihat serasi dan kuat seperti bentuk perahu, ke empat kakinya kalau jalan
agak lamban karena menanggung berat badan dan ekornya yang gemuk.
Ø Umumnya
domba jantan tidak bertanduk dan hanya sedikit yang mempunyai tanduk kecil,
sedangkan yang betina tidak bertanduk.
Ø Keunggulan
Domba Domba ekor gemuk ini adalah tahan terhadap panas dan kering.
6. DOMBA HAMPSHIRE
Domba
Hampshire dikembangkan di daerah Hampshire, Inggris, pada abad ke-19 melalui
persilangan antara domba Southdown jantan dengan domba betina keturunan
Wiltshire Horn dan Berkshire Knot.
Ciri-ciri Domba
Hampshire :
- Wajah berwarna gelap
- Bulu panjang dan tebal berwarna coklat.
- Telinga agak melengkung.
- Kaki berwarna hitam dan tidak ditutupi wol
7. DOMBA POLWARTH
Domba Polwarth
merupakan tipe dual-purpose, dikembangkan di Victoria, Australia sejak tahun 1880.
Merupakan persilangan antara Merino (75%) dan Lincoln (25%).
Domba Polwarth
memiliki tubuh yang besar, tegap, pemeliharaannya mudah dan memiliki
produktivitas wool yang tinggi dengan serat bulu berdiameter antara 22-25
mikron.
8. DOMBA
PORTLAND
Domba Portland berasal
dari Inggris dan merupakan salah satu breed Dorset. Bertubuh kecil dan dipenuhi
oleh wool kecuali pada bagian wajah dan kaki bagian bawah yang berwana
kecoklatan. Domba yang baru lahir berwarna dan berwarna agak keputih-putihan
atau abu-abu selama beberapa awal bulan kehidupan. Tanduk muncul setelah dewasa
dan berbentuk spiral.
9.
DOMBA
RAMBOUILLET
Domba Rambouillet
berasal dari Prancis disebut juga Merino Prancis. Domba Rambouillet merupakan
tipe dwiguna.
Ciri-ciri
Domba Rambouillet :
Ø Badan besar, dalam, lebar dan padat dengan
tulang-tulang yang kuat.
Ø Kepala tegak.
Ø Domba jantan bertanduk besar sedangkan betina
tidak bertanduk.
10. DOMBA NORWEGIA (VILLSAU)
Domba Norwegia
merupakan domba primitif yang hidup di daerah Norwegia dan Skandinavia.
Memiliki muka yang
kecil dengan kaki yang bagus dan bulu yang berwarna hampir putih sampai
keabu-abuan, cokelat gelap dan hitam. Berat jantan dewasa sekitar 43 kg dan
betinanya 32 kg.
11. DOMBA SOUTHDOWN
Domba Southdown
berasal dari Inggris dan merupakan tipepedaging.
Ciri-ciri
Domba Southdown :
Ø
Tubuh kecil, lebar dan dalam, bentuk bulat, daging padat dan kaki
pendek.
Ø
Garis punggung lurus, leher pendek dan tebal.
Ø
Telinga pendek dengan ujung bulat dan tidak bertanduk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar